Selasa, Juli 05, 2011

MANISKAH GULA MADURA?

Pendahuluan
Pulau Madura yang selama ini dikenal sebagai kawasan yang kurang subur, ternyata mempunyai produk pertanian dan potensi alam yang luar biasa. Memiliki luas wilayah kurang lebih 5.250 km2 yang terbagi atas 4 Kabupaten, masing-masing memiliki produk unggulan seperti Kelapa, Cabe Jamu, Jambu Mete, Tembakau, serta Tebu. Selain itu Kabupaten di Madura tahun 2010 juga menjadi penghasil Jagung dengan luas panen yang dominan di Jawa Timur. yaitu terbesar Kabupaten Sumenep sebesar 167,04 ribu hektar (13,28 persen dari total Jawa Timur). Tidak hanya itu, perairan dan lepas pantai Pulau Madura saat ini terdapat sekitar 21 blok minyak dengan kandungan diperkirakan 200 juta barel, dan gas alam dengan kandungan sebanyak 3 triliun kubik.
Potensi yang besar tersebut ternyata tidak dibarengi dengan kondisi kesejahteraan masyarakatnya. Persentase angka kemiskinan di Madura masih menunjukkan angka yang tinggi, demikian juga angka buta huruf. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Madura adalah memanfaatkan potensi yang dimiliki. Ketersediaan lahan dan kelebihan permintaan yang besar terhadap produk pertanian dan perkebunan menjadi peluang bagi pengembangan produk tersebut. Salah satu produk pertanian yang memiliki peluang besar dapat dikembangkan di Madura adalah tanaman Tebu untuk Industri Gula.
Kajian Industri Gula Madura
Seperti kita ketahui kondisi gula nasional tahun 2010 tidak cukup aman karena stoknya hanya 800.000 ton, sedangkan volume stok akhir tahun yang dinilai aman sebanyak 1,2 juta ton, artinya terjadi kekurangan stok sebanyak 400.000 ton. Kondisi tersebut terus terjadi karena faktor alam seperti ketidakpastian curah hujan sehingga rendemen menyusut dan produksi gula rendah, serta terbatasnya kemampuan mesin karena usia yang sudah tua.
Kajian tentang potensi tanaman Tebu di Madura telah lama dilakukan. Kajian Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) menunjukkan Madura mempunyai potensi lahan seluas 65.000 hektar, dengan indikator produksi lebih kurang 70 – 90 ton tebu/hektar. Hasil percobaan penanaman (denplot) tahun 2009 untuk giling tahun 2010 bekerjasama dengan PG Candi Baru Sidoarjo menunjukkan hasil yang tidak mengecewakan. Kebun denplot seluas 14,5 hektar di Kecamatan Omben, Ketapang dan Jrengik Kabupaten Sampang setiap hektarnya mampu menghasilkan 70 – 90 ton tebu siap giling. Dari penelitian tersebut telah menujukkan bahwa Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sampang mampu menjadi pemasok kebutuhan industri tebu di Jatim dan gula nasional. (http://www.disbunjatim.go.id/v2/berita.php?id=23).
Kendala utama realisasi bukan dari besarnya nilai investasi yang dibutuhkan (sekitar 1,5 – 2 triliun) tetapi kurangnya kesadaran seluruh pemangku kepentingan terutama pengambil keputusan, untuk membuka diri terhadap pengembangan daerahnya sendiri. Dari sisi petani rendahnya kualitas SDM yang berakibat pada rendahnya mutu produk dan perubahan cara tanam, dapat lebih mudah diatasi jika sudah banyak petani yang sukses.
Rencana Sebagai Seorang Dosen
Sebagai dosen dengan tugas utama melaksanakan tri dharma perguruan tinggi adalah
1. Pengajar Jurusan Ekonomi Pembangunan UTM
Mengusulkan ke Jurusan untuk memperbanyak kajian tentang Ekonomi Pertanian dan mengusulkan membuka konsentrasi Ekonomi Pertanian pada kurikulum mendatang
Mendampingi Mahasiswa mengkaji masalah Industri Gula dalam menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi.
Mempublikasikan tulisan ini dalam Website Pribadi (www.membacaekonomi.blogspot.com) untuk merangsang ketertarikan mahasiswa terhadap industri Gula di Madura.
2. Peneliti
Menerbitkan tulisan-tulisan tentang pergulaan nasional dan mengikuti hibah-hibah penelitian yang terkait dengan pengembangan Industri Gula di Madura.
Mengadakan kerjasama dengan Pemda dan dinas terkait di Kabupaten dalam rangka kajian-kajian dan seminar tentang industri Gula dengan tujuan akhir menyadarkan mereka sebagai salah satu pemangku kepentingan akan pentingnya kesejahteraan masyarakat Madura dalam jangka panjang.
3. Pengabdian Masyarakat
Melakukan sosialisasi baik secara individu maupun dengan asosiasi profesi seperti PERHEPI dan ISEI kepada masyarakat luas terutama petani tebu dan calon petani tebu keuntungan adanya industri gula bagi kesejahteraan mereka, memberikan contoh-contoh sukses petani daerah lain, serta mendampingi mereka selama proses peralihan cara tanam dari petani non tebu menjadi petani tebu. (SEMOGA BERMANFAAT)

Tidak ada komentar: